PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN 0
SAMPAI 5 TAHUN DALAM PSIKOLOGI
Objek psikologi adalah perkembangan manusia sebagai pribadi. Pengertian
perkembangan menunjukkan pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak
begitu saja dapat diulang kembali. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan fisik seseorang, sedangkan
perkembangan berkaitan dengan perubahan psikis seseorang. Proses pertumbuhan
dan perkembangan berbeda antara manusia yang satu dengan yang lain. Faktor
hereditas serta faktor lingkungan sangat memepengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Faktor hereditas mengarah pada genetis individu yang pastinya
berbeda antara yang satu dengan yang lain Faktor hereditas tidak dapat di ubah
karena itu adalah faktor yang sudah ada ketika kita lahir dan akan terus ada. Faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan karena anak pada
saat mulai berkembang tentunya berada pada lingkungan tertentu, baik itu
lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat, di lingkungan masyarakat kita
mulai beradaptasi dengan orang banyak mulai mengenal bagaimana hidup
berdampingan dengan orang banyak, dan bagaimana kita bisa menyikapi hal- hal
yang ada dalam masyarakat baik itu hal yang positif maupun hal yang negatif
Pertumbuhan
dalam konteks perkembangan merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat
kuantitatif, yaitu peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan
badan, pertumbuhan kaki, kepala, jantung, paru-paru, dan sebagainya.
Pertumbuhan fisik bersifat meningkat, menetap, dan kemudian mengalami kemunduran
sejalan dengan bertambahnya usia. Dalam pertumbuhan hanya mengacu pada fisik
atau tubuh, hanya terbatas pada sifat evolusi dan hanya pada batas waktu
tertentu.
Dengan
demikian, perkembangan lebih merujuk pada kemajuan mental dan perkembangan
rohani, sedangkan pertumbuhan lebih cenderung menunjuk pada kemajuan fisik atau
pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian
menurun menuju pada keruntuhannya.
Setiap
perkembangan memiliki fase- fase dan tugas perkembangan antara lain:
·
Masa Prenatal, masa dimana bayi dalam kandungan ibu
·
Masa Bayi, masa dimana anak lahir kedunia dan masih bergantung pada lingkungan maupun
orang sekitar
·
Masa Anak- anak, masa dimana mulai mengenal lingkungan dan sudah mulai mendapat pendidikan
yang utama yaitu pendidikan dari keluarga sebagai awal untuk menuju pendidikan
formal.
·
Masa Remaja, masa peralihan antara anak- anak menuju dewasa dan biasanya pada masa ini
mereka mulaimencari jati diri, bagaimana sebenarnya mereka, dan mau apa mereka
selanjutnya.
·
Masa dewasa, kondisi psikis mulai stabil, sudah bisa menyelesaikan masalah dengan
fikiran jernih dan hati yang tenang serta sudah bisa mengambil sikap untuk masa
depannya kelak.
·
Masa tua, dimana seseorang sudah mantap dengan jalan hidupnya dan apa yang di ambil
pada masa dulu, pada masa ini kondisi fisik dan psikis sudah mulai menurun cara
kerjanya.
Pada hakikatnya fase dan tugas perkembangan individu itu sama yang
membedakan adalah waktu dalam perkembangannya,dan fase yang mempengaruhinya
adalah faktor internal yang biasanya hanya dimiliki oleh individu tersebut,
atau menjadi ciri khas masing- masing individu. Dan yang kedua adalah faktor
eksternal yang biasanya dapat berubah karena pengaruh dari luar atau sesuatu
yang mampu merubah hal itu.
Perkembangan
tidak hanya terbatas pada perubahan mental saja, tetapi ada penyebab akibat
terjadinya perkembangan dalam diri manusia disebut prinsip- prinsip
perkembangan. Macam- macam prinsip perkembangan adalah:
1. Perkembangan
tidak terbatas pada dalam arti tumbuh menjadi besar, namun mencakup rangkaian
perubahan yang bersifat progesif, teratur, koheren, dan saling berkesinambungan.
2. Perkembangan menuju proses berdiferensiasi dan integrasi.
3. Perkembangan dimulai dari respons- respons yang bersifat umum menuju yang
khusus.
4. Tahap perkembangan manusia berlangsung berantai dan bersifat universal.
5. Perkembangan pada anak mempunyai tempo kecepatan yang berbeda-beda,baik
dalam organ atau aspek kejiwaannya maupun cepat lambatnya perkembangan tersebut
dan tempo perkembangan terbagi menjadi 3 kategori yaitu: cepat, sedang, dan
lambat.
6. Perkembangan manusia tidak tetap, kadang naik kadang turun.
7. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor hereditas dan faktor lingkungan.
8. Dalam perkembangan terdapat masa peka.
TEORI PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN MANUSIA
·
ERIK H. ERIKSON
Erikson mengembangkan dua filosofi dasar berkenaan
dengan perkembangan, yaitu:
1. Dunia bertambah besar seiring dengan
diri kita.
2. Kegagalan bersifat kumulatif.
Dalam pengertian Erikson, kegagalan yang terjadi pada
sebuah stage perkembangan akan menghambat sebuah proses perkembangan ke stage
berikutnya. Kegagalan ini tidak lantas hilang dengan sendirinya, bahkan
terakumulasi dalam stage perkembangan berikutnya.
Dari penelitiannya, Erikson yang penganut Freudian
(karena menggunakan konsep ego) ini melihat bahwa jalur perkembangan merupakan
interaksi antara tubuh (pemrograman biologi genetika), pikiran (aspek
psikologis), dan pengaruh budaya.
Erikson mengelompokkan tahapan
kehidupan ke dalam 8 stage yang merentang sejak kelahiran hingga kematian.
1.
Tahap Bayi (Infancy): Sejak lahir hingga usia
18 bulan.
-
Hasil
perkembangan ego: trust vs mistrust (percaya vs tidak percaya)
-
Kekuatan
dasar: Dorongan dan harapan
Periode ini disebut juga dengan
tahapan sensorik oral, karena orang biasa melihat bayi memasukkan segala
sesuatu ke dalam mulutnya. Sosok Ibu memainkan peranan terpenting untuk
memberikan perhatian positif dan penuh kasih kepada anak, dengan penekanan pada
kontak visual dan sentuhan. Jika periode ini dilalui dengan baik, bayi akan
menumbuhkan perasaan trust (percaya) pada lingkungan dan melihat bahwa
kehidupan ini pada dasarnya baik. Sebaliknya, bila gagal di periode ini,
individu memiliki perasaan mistrust (tidak percaya) dan akan melihat bahwa
dunia ini adalah tempat yang mengecewakan dan penuh frustrasi. Banyak studi
tentang bunuh diri dan usaha bunuh diri yang menunjukkan betapa pentingnya
pembentukan keyakinan di tahun-tahun awal kehidupan ini. Di awal kehidupan ini
begitu penting meletakkan dasar perasaan percaya dan keyakinan bahwa tiap
manusia memiliki hak untuk hidup di muka bumi, dan hal itu hanya bisa dilakukan
oleh sosok Ibu, atau siapapun yang dianggap signifikan dalam memberikan kasih
sayang secara tetap.
2.
Tahap Kanak-Kanak Awal (Early Childhood): 18
Bulan hingga 3 tahun
-
Hasil
perkembangan ego: autonomy vs shame (otonomi vs rasa malu)
-
Kekuatan
dasar: Pengendalian diri, keberanian, dan kemauan (will)
Selama tahapan ini individu
mempelajari ketrampilan untuk diri sendiri. Bukan sekedar belajar berjalan,
bicara, dan makan sendiri, melainkan juga mempelajari perkembangan motorik yang
lebih halus, termasuk latihan yang sangat dihargai: toilet training. Di masa
ini, individu berkesempatan untuk belajar tentang harga diri dan otonomi,
seiring dengan berkembangnya kemampuan mengendalikan bagian tubuh dan tumbuhnya
pemahaman tentang benar dan salah. Salah satu ketrampilan yant muncul di
periode adalah kemampuan berkata TIDAK. Sekalipun tidak menyenangkan orang tua,
hal ini berguna untuk pengembangan semangat dan kemauan.
Di sisi lain, ada kerentanan yang
bisa terjadi dalam periode ini, khususnya berkenaan dengan kegagalan dalam
proses toilet training atau mempelajari skill lainnya, yang mengakibatkan
munculnya rasa malu dan ragu-ragu. Lebih jauh, individu akan kehilangan rasa
percaya dirinya.
3.
Tahap Usia Bermain (Play Age): 3 hingga 5 tahun
-
Hasil
perkembangan ego: initiative vs guilt (inisiatif vs rasa bersalah)
-
Kekuatan
dasar: Tujuan
Pada periode ini, individu biasanya
memasukkan gambaran tentang orang dewasa di sekitarnya dan secara inisiatif
dibawa dalam situasi bermain. Anak laki-laki bermain dengan kuda-kudaan dan
senapan kayu, anak perempuan main “pasar-pasaran” atau boneka yang mengimitasi
kehidupan keluarga, mobil-mobilan, handphone mainan, tentara mainan untuk
bermain peran, dsb. Di masa ini, muncul sebuah kata yang sering diucapkan
seorang anak:”KENAPA?”
Sesuai dengan konsep Freudian, di
masa ini anak (khususnya laki-laki) juga sedang berjuang dalam identitas
gender-nya yang disebut “oedipal struggle”. Kita sering melihat anak laki-laki
yang bermain dengan alat kelaminnya, saling menunjukkan pada sesama anak
laki-laki, atau bahkan menunjukkan pada anak perempuan sebaya. Kegagalan
melalui fase ini menimbulkan perasaan bersalah.
Hubungan yang signifikan di periode
ini adalah dengan keluarga inti (ayah, ibu, dan saudara).
4.
Tahap Usia Sekolah (School Age): Usia 6 – 12 tahun
-
Hasil
perkembangan ego: Industry vs Inferiority (Industri vs Inferioritas)
-
Kekuatan
dasar: Metode dan kompetensi
Periode ini sering disebut juga
dengan periode laten, karena individu sepintas hanya menunjukkan pertumbuhan
fisik tanpa perkembangan aspek mental yang berarti, berbeda dengan fase-fase
sebelumnya. Kita bisa simak, dalam periode sebelumnya pertumbuhan dan
perkembangan berbilang bulan saja untuk manusia agar bisa tumbuh dan
berkembang.
Ketrampilan baru yang dikembangkan
selama periode ini mengarah pada sikap industri (ketekunan belajar, aktivitas,
produktivitas, semangat, kerajinan, dsb), serta berada di dalam konteks sosial.
Bila individu gagal menempatkan diri secara normal dalam konteks sosial, ia
akan merasakan ketidak mampuan dan rendah diri.
Sekolah dan lingkungan sosial
menjadi figur yang berperan penting dalam pembentukan ego ini, sementara orang
tua sekalipun masih penting namun bukan lagi sebagai otoritas tunggal.
5.
Tahap Remaja (Adolescence): Usia 12 hingga 18 tahun
-
Hasil
perkembangan ego: Identity vs Role confusion (identitas vs kebingungan peran)
-
Kekuatan
dasar: devotion and fidelity (kesetiaan dan ketergantungan)
Bila sebelumnya perkembangan lebih
berkisar pada apa yang dilakukan untuk saya, sejak stage perkembangan
ini perkembangan tergantung pada apa yang saya kerjakan. Karena di
periode ini individu bukan lagi anak tetapi belum menjadi dewasa, hidup berubah
sangat kompleks karena individu berusaha mencari identitasnya, berjuang dalam
interaksi sosial, dan bergulat dengan persoalan-persoalan moral.
Tugas perkembangan di fase ini
adalah menemukan jati diri sebagai individu yang terpisah dari keularga asal
dan menjadi bagian dari lingkup sosial yang lebih luas. Bila stage ini tidak
lancara diselesaikan, orang akan mengalami kebingungan dan kekacauan peran.
Hal utama yang perlu dikembangkan di
sini adalah filosofi kehidupan. Di masa ini, seseorang bersifat idealis dan
mengharapkan bebas konflik, yang pada kenyataannya tidak demikian. Wajar bila
di periode ada kesetiaan dan ketergantungan pada teman.
6.
Tahap Dewasa Awal (Young Adulthood): Usia 18 hingga 35
tahun
-
Hasil
perkembangan ego: Solidarity vs Isolation (Solidaritas vs isolasi)
-
Kekuatan
dasar: affiliation and love (kedekatan dan cinta)
Langkah awal menjadi dewasa adalah
mencari teman dan cinta. Hubungan yang saling memberikan rasa senang dan puas,
utamanya melalui perkawinan dan persahabatan. Keberhasilan di stage ini
memberikan keintiman di level yang dalam.
Kegagalan di level ini menjadikan
orang mengisolasi diri, menjauh dari orang lain, dunia terasa sempit, bahkan
hingga bersikap superior kepada orang lain sebagai bentuk pertahanan ego.
Hubungan yang signifikan adalah
melalui perkawinan dan persahabatan.
7.
Tahap Dewasa (Middle Adulthood): Usia 35 hingga 55
atau 65tahun
-
Hasil
perkembangan ego: Generativity vs Self Absorption or Stagnation
-
Kekuatan
dasar: production and care (produksi dan perhatian)
Masa ini dianggap penting karena
dalam periode inilah individu cenderung penuh dengan pekerjaan yang kreatif dan
bermakna, serta berbagai permasalahan di seputar keluarga. Selain itu adalah
masa “berwenang” yang diidamkan sejak lama.
Tugas yang penting di sini adalah
mengejawantahkan budaya dan meneruskan nilai budaya pada keluarga (membentuk
karakter anak) serta memantapkan lingkungan yang stabil. Kekuatan timbul
melalui perhatian orang lain, dan karya yang memberikan sumbangan pada kebaikan
masyarakat, yang disebut dengan generativitas. Jadi di masa ini, kita takut
akan ketidak aktifan dan ketidak bermaknaan diri.
Sementara itu, ketika anak-anak
mulai keluar dari rumah, hubungan interpersonal tujuan berubah, ada kehidupan
yang berubah drastic, individu harus menetapkan makna dan tujuan hidup yang
baru. Bila tidak berhasil di stage ini, timbullah self-absorpsi atau stagnasi.
Yang memainkan peranan di sini adalh
komunitas dan keluarga.
8.
Tahap Dewasa Akhir (Late Adulthood): Usia 55 atau
65tahun hingga mati
-
Hasil
perkembangan ego: Integritas vs Despair (integritas vs keputus asaan)
-
Kekuatan
dasar: wisdom (kebijaksanaan)
Orang berusia lanjut yang bisa
melihat kembali masa-masa yang telah dilaluinya dengan bahagia, merasa
tercukupi, dan merasa telah memberikan kontribusi pada kehidupan, ia akan
merasakan integritas. Kebijaksanaannya yang tumbuh menerima keluasan dunia dan
menjelang kematian sebagai kelengkapan kehidupan.
Sebaliknya, orang yang menganggap
masa lalu adalah kegagalan merasakan keputus asaan, belum bisa menerima
kematian karena belum menemukan makna kehidupan. Atau bisa jadi, ia merasa
telah menemukan jati diri dan meyakini sekali bahwa dogma yang dianutnyalah
yang paling benar.
PIAGET DAN TEORINYA
·
Pokok-pokok
pikiran Piaget mengenai teori kognitif dan perkembangannya
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses
perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang
berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir
menggunakan hipotesis-hipotesis.
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang
pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan peristiwa yang menuju
kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap
lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam
responnya organisme mengubah kondisi lngkungan, membangun struktur biologi
tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa memoertahankan hidupnya.perkembangan
kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal
Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam bidang biologi. Ia
sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua
kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk :
1.
Beradaptasi.
2.
Organisasi (tindakan penataan).
Untuk
memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat konsep dasar, yaitu
sebagai berikut :
a.
Skema
Istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat
menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan
untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan.
Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk
mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara
intelektual.
Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan
akomodasi
b.
Asimilasi
Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang
mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yan ada atau
tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak hanya
memperoses satu stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara
teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi
mempnagruhi pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses
kognitif, denga proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri terhadap
lingkungan dan menata lingkungan itu.
c.
Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan
skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada
setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi
harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan.
Untuk keperluan pengkonseptualisasian
pertumbuhan kognitif/perkembangan intelektual Piaget membagi perkemabngan ini
ke dalam 4 periode yaitu :
Ø Periode
Sensori motor (0-2,0 tahun).
Pada periode ini tingksh laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan
system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal obyek.
Ø Periode Pra
operasional (2,0-7,0 tahun).
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau
mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.
Ø Periode konkret
(7,0-11,0 tahun).
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak
lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara
logis.
Ø Periode
operasi formal (11,0-dewasa)
Periode
operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak
remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah
verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan
orang lain.
Piaget mengemukakan bahwa
ada 4 aspek yang besar yang ada hubungnnya dengan perkembangan kognitif :
a.
Pendewasaaan/kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan syaraf.
b.
Pengalaman
fisis, anak harus mempunyai pengalaman
dengan benda-benda dan stimulus-stimulusdalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap
benda-benda itu.
c.
Interaksi
social, adalah pertukaran ide antara
individu dengan individu
d.
Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja untuk menyelesaikan
peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan interksi social.
·
Implikasi teori Piaget dalam pendidikan
Teori Piaget membahas kognitif atau intelektual. Dan perkembangan
intelektual erat hubungannya dengan belajar, sehhingga perkembangan intelektual
ini dapat dijadkan landasan untuk memahami belajar.
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi
akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai
terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi,
akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu sebagai tindakan
kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan kognitif menyangkut
tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan.
Piaget menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan menggunakan diagram
berikut :
Berdasarkan diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang sudah
memiliki pengalaman yang khas, yang berarti anak sudah memiliki sejumlah
skemata yang khas. Pada suatu keadaan seimbang sesaat ketika ia berhadapan
dengan stimulus (bisa berupa benda, peristiwa, gagasan) pada pikiran anak
terjadi pemilahan melalalui memorinya. Dalam memori anak terdapat 2
kemungkuinan yang dapat terjadi yaitu :
Ø Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah ada
dalam pikiran anak.
Ø Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema yang
ada dalam pikiran anak.
Kedua hal itu merupakan kejadian assimilasi.
Menurut diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan penguatan
terhadap skema yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang) tidak sepenuhnya
dapat diasimilasikan ke dalam skemata yang ada. Di sini terjadi semacam
gangguan mental atau ketidakpuasan mental seperti keingintahuan, kepedulian,
kebingungan, kekesalan, dsb. Dalam keadaaan tidak seimbang ini anak mempunyai 2
pilihan :
Ø Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau menyerah
dan tidak berbuat apa-apa (jalan
buntu).
Ø Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan secara
fisik maupun mental. Bila ini dilakukan anak mengubah pandangannya atau
skemanya sebagai akibat dari tindakan mental yang dilakukannya terhadap
stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar